Kawasan Batu Putih merupakan bukit yang tersusun atas batupasir, batulempung, dan batugamping. Bukit ini terletak di Kecamatan Samarinda Ulu, Kota Samarinda. Penamaan batu putih mungkin disebabkan adanya batugamping berwarna keputihan yang mendominasi kawasan ini. Batugamping ini dikenal masyarakat dengan nama batu gunung.

Di lokasi ini sudah sejak lama dan masih sampai sekarang dilakukan penambangan batuan, terutama batugamping atau batugunung yang merupakan batuan penyusun utama perbukitan ini.

            Bukit Batu Putih adalah bukti nyata bahwa pada zaman purba Kota Samarinda ini dulunya pernah tergenang oleh air laut. Hal ini ditandai dengan keberadaan batugamping. Batuan tersebut terangkat ke permukaan bumi akibat proses geologi yang berlangsung selama jutaan tahun yang lalu. Batugamping merupakan batuan yang umumnya terbentuk oleh akumulasi sisa cangkang, karang, dan pecahan-pecahan sisa organisme laut. Kebanyakan batugamping terbentuk di laut dangkal, berarus tenang, dan pada perairan yang hangat. Lingkungan ini merupakan lingkungan ideal di mana organisme mampu membentuk cangkang kalsium karbonat dan skeleton sebagai sumber bahan pembentuk batugamping. Ketika organisme tersebut mati, cangkang dan skeleton mereka akan menumpuk membentuk sedimen yang selanjutnya akan terlitifikasi menjadi batugamping.

            Selain itu, penulis juga mengambil beberapa conto batuan di kawasan ini untuk dilakukan analisis fosil untuk mengetahui umur relatif batuan dan lingkungan pengendapannya. Di mana hasil analisis fosil batugamping tersebut memperkuat pernyataan di atas. Bahwa batuan ini berumur Miosen Awal - Miosen Tengah atau sekitar 20 - 15 juta tahun yang lalu, serta terendapkan pada lingkungan fore reef hingga back reef atau pada lingkungan laut dangkal dengan gelombang yang tidak terlalu kuat.

            Keunikan batugamping di Bukit Batu Putih ini sangat terkenal di kalangan peneliti kebumian baik dari dalam maupun luar negeri. Hal ini disebabkan melimpah dan bervariasinya fosil-fosil di lokasi tersebut. Para peneliti tersebut mempelajari batuan dan fosil di Bukit Batu Putih untuk memperbaharui pengetahuan geologi dan mengungkap sejarah pembentukan Cekungan Kutai, di mana Kota Samarinda merupakan bagian dari cekungan ini. Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan geologi yang memiliki potensi sumber daya alam terbesar di Indonesia, seperti minyak bumi, gas, dan batubara.

            Mengingat sejarah geologi Bukit Batu Putih dan pentingnya untuk penelitian ilmu kebumian, maka sudah sepantasnya dilakukan upaya konservasi di kawasan ini. Karena keberadaan bukit ini semakin terancam oleh penambangan batugamping. Hampir setiap hari dilakukan penambangan. Bahkan sekarang, penambangannya menggunakan alat berat.

            Salah satu upaya konservasi tersebut adalah berupa penetapan lokasi ini sebagai warisan geologi. Menurut Peraturan Menteri ESDM Nomor 1 Tahun 2020, warisan geologi bertujuan untuk melindungi dan melestarikan nilai warisan geologi sebagai rekaman sejarah geologi yang pernah atau sedang terjadi, serta dapat digunakan sebagai objek penelitian, pendidikan kebumian, dan geowisata.

Perlindungan kawasan ini dapat juga dilakukan oleh Pemerintah Kota Samarinda dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Lokasi ini dapat diusulkan sebagai kawasan lindung geologi. Karena banyak warga di sekitar bukit menggunakan air tanah, baik berupa sumur bor maupun sumur gali untuk keperluan sehari-harinya. Selain itu Bukit Batu Putih juga memiliki potensi kebencanaan geologi berupa runtuhan batuan dan tanah longsor. Kemiringan lereng di bukit ini sangat terjal.

            Bukit Batu Putih merupakan salah satu potensi warisan geologi yang sangat bernilai. Keberagaman fosil di bukit ini dapat menceritakan sejarah geologi pembentukan bumi pada zaman lampau hingga sekarang. Bahkan dari hasil perbincangan penulis dengan beberapa peneliti kebumian, terungkap bahwa keberadaan fosil-fosil tersebut juga dapat menceritakan tentang paleoklimatologi atau perubahan iklim secara global.

 Selain variasi fosil dan sejarah geologinya, Bukit Batu Putih juga menawarkan pemandangan Kota Samarinda dan sekitarnya yang indah. Lokasi ini merupakan salah satu titik tertinggi di tengah Kota Samarinda. Sehingga dapat menjadi spot wisata untuk menikmati pemandangan alam dari ketinggian atau yang sekarang lebih dikenal sebagai geowisata. Menurut Sutan dkk., (2017) kawasan Batu Putih sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai tujuan eko-wisata, karena memiliki keunikan dari aspek geologi, jenis tanaman, dan budayanya.

Tak jauh dari lokasi ini, terdapat juga aspek geologi lainnya yang menarik untuk dikunjungi dan dipelajari, yaitu mud volcano, yang terletak sekitar 1,5 km dari Bukit Batu Putih. Mud volcano atau gunungapi lumpur ini pada periode tertentu akan mengeluarkan lelehan lumpur dari dalam bumi. Lumpur tersebut keluarnya kadang pelan seperti air mengalir dan kadang menyembur cepat seperti air mancur.

Tentunya potensi warisan-warisan geologi tersebut harus dijaga kelestariannya. Penambangan batu gunung dan penambahan luasan daerah pemukiman merupakan ancaman utama terhadap keberadaan warisan geologi tersebut. Penetapan sebagai warisan geologi oleh Menteri ESDM dan dimasukkannya dalam RTRW Kota Samarinda sebagai kawasan lindung geologi akan memberikan kepastian terhadap kelestarian lingkungan kawasan Batu Putih dan sekitarnya. Selanjutnya agar dapat bermanfaat bagi perekonomian masyarakat sekitar, lokasi ini dapat dimanfaatkan sebagai lokasi wisata kebumian atau geowisata. Melalui geowisata diharapkan adanya perlindungan terhadap ekosistem yang alami melalui kegiatan/manajemen wisata berbasis konservasi dan mendukung ekonomi yang berkelanjutan.